12 April 2007

Aku akan bikin skenario besar Jakarta

Namanya orang film. Bicara soal dirinya yang tengah diperebutkan para calon gubernur Jakarta menjadi pasangan wakil Gubernur, Rano Karno banyak memakai kiasan bahasa film. Inilah Si Doel. Ia kini sadar akan kekuatannya, yang sebenarnya melebihi calon-calon gubernur sendiri.

Seminggu sekali maka ia mengadakan ‘sekolah kecil’ di rumahnya. Banyak tokoh politik dan intelektual yang diundangnya untuk bicara. “Dari mendengarkan dapat lebih cepat belajar”, katanya kepada jurnalis BATAVIASE NOUVELLES Basilius Triharyanto, Fahri Salam dan fotografer Prayitno di kediamannya yang asri.
Berikut petikan wawancara dengannya:

Politik. Ceritanya “film” baru nih?
Rencananya aku mau buat skenario besar tentang Jakarta. Aku akan membikin sinetron besar: Jaya Raya atau Jayakarta. Calon sutradara-sutradaranya dari Fauzi Bowo, Faisal Basri, Agum Gumelar, Adang Daradjatun aku kenal.
Aku kenal semua karakteristik mereka. Sementara asisten sutradaranya cuma aku.. Tugas seorang asisten sutradara itu amat besar. Tahu segalanya. Biasanya sutradara kan cuma duduk dan teriak action saja…ha ha

Produser yang masuk darimana saja, dari PKS?
Kalau PKS dari dulu. Mungkin hampir satu tahun kasih konsep tapi tidak pernah kasih skenario. Yang pertama kali memberikan skenario justru PKB. PKB memberikan kontrak dengan tangan terbuka.

PKB menginginkan Anda jadi sutradara?
Ya.. Nah kalau saya PKB menginginkan saya cagub. Gus Dur bilang Rano Karno itu harga mati. Tapi karena PKB itu partai kecil maka harus ada koalisi. Nah disitulah terjadi negosiasi. Kalau koalisi tentu ada bargaining-bargaining posisi PDIP. Bang Taufik Kiemas misal menerima saya dengan tangan terbuka. PPP malah melamar saya. Tapi mungkin saja yang kecil bisa saja jadi sutradara. Sangat mungkin. Ini adalah politik. Gitu loh….

Anda melihat Jakarta sendiri seperti apa sih?
Saya melihat banyak orang suka di Jakarta tapi nggak cinta. Kalau cinta dia tidak suka buang sampah sembarangan. Kedisiplinan lalu lintas tidak harus diajarkan oleh polisi. Kalau di Singapore, Malaysia, tidak pernah saya lihat tentara, polisi lalu lalang di jalan.
Kenapa? Karena rasa aman itu sudah diciptakan oleh masyarakat sendiri.
Kenapa? Karena kecintaan semua pada kotanya.
Itu yang ingin saya kembalikan. Kembalikan cinta terhadap Jakarta.

Gambaran cinta Anda ini seperti apa?
Ya. Jakarta ini dikembalikan kepada filosofinya. Jakarta itu suatu Indonesia kecil. Jadi kalau orang ke Jakarta harus punya refleksi tentang itu.. Sementara reformasi ini, yang saya lihat mungkin tidak by design tapi by accident. Sehingga semuanya menjadi gamang, mau bergerak seenaknya dan selalu mencoba, trial and error. Soal banjir itu, penanggulangannya kita selalu trial and error.

Skenarionya?
Itulah saya baca lagi blueprint dari Batavia tahun 1954. Tentang Kanal Timur itu sudah lama dan itu bukan satu-satunya. Makanya kalau anda mungkin di Jakarta tahun 60-an masih sempat lihat trem. Kemudian daerah pasar Baru sampai Ancol sana, keliling sampai ke Harmoni sampai ke Museum Fatahillah. Tidak ada jembatan yang rata. Semua melengkung.
Kenapa? Sungai Ciliwung itu buat sarana lalu lintas air. Sekarang dangkal.

Apa penyelesaiannya, masalah banjir itu rumit?
Betul. Sangat rumit. Saya pikir dalam satu masa jabatan tidak akan selesai kalau memang masyarakat tidak ingin menyelesaikan. Saya kemarin dua kali turun ke Ciliwung dari Cawang sampai Manggarai. Hancur semua bantaran kali. Yang hancur bukan ekonomi tapi nyawa.

Penjernihan air di Kali Besar, ini masalah putusan politik?
Harus putusan politik. Problem banjir tidak bisa diselesaikan oleh DKI berapa pun biayanya, kalau hulu-hilir kita tidak dibenahi.
Sampah yang datang dari Jakarta 7000 kibik kemarin. Karena itu, sudah 2 tahun ini saya menggerakkan masyarakat sekitar. Saya memberikan pelatihan pembuatan sampah menjadi kompos. Di kompleks ini ada kebun pelatihan dan pembibitan. Sudah ada 3000
orang datang kesini. Pelopornya bekas menteri kehutanan pak Jamaludin. Itulah concern saya.
Kalau per RT bisa kelola, bisa lakukan ini, 65 persen problem sampah Jakarta selesai.

Si Doel Peduli Lingkungan. Inikah ikon utama Anda?
Ya tidak juga. Saya bergerak ini tidak dalam wacana Pilkada. Dari pada saya buang-buang duit bikin spanduk lebih bagus saya bikin kegiatan sosial. Kegiatan sosial sudah saya lakukan bukan sekarang tapi sudah lima tahun lalu. Banjir 2002 saya sudah bergerak, minimal wilayah dari Pondok Cabe sampai Pondok Labu, Lebak Bulus.
Jangan jauh-jauh. Di belakang tembok rumah saya ini banjir. Pada jumat, hari pertama-kedua jam setengah dua belas malam saya pulang, tidur 40 orang.
Bingung saya. Ada apa? Banjir bang.
Dimana banjir? Padahal mereka cuma tinggal di sini, belakang tembok. Malam pertama sudah 1000 nasi bungkus kita masak. Dan itu bergerak. Nggak harus nunggu wartawan, sehingga orang kemudian bilang, wah abang tebar pesona….

Apakah Ali Sadikin mendukung Anda?
Saya berkunjung ke Bang Ali, difasilitasi anaknya. Tapi Ali Sadikin sudah tua, pelupa… Jangankan sama saya, sama anaknya sendiri lupa. Tapi saat ngomong Jakarta, tiba-tiba bisa sampai dua setengah jam.

rano-ali.jpg

Bang Ali tiba-tiba bisa ingat semua ya?
Itulah luar biasa. Dia tidak tahu siapa saya, tapi dia tahu saya menjadi wacana di Pilkada.
Dia tanya kenapa kamu jadi wakil gubernur, kenapa tidak jadi gubernur? Saya bilang itu karena partai.
Lah, kenapa partai ngurusin gubernur? Haaa…. ya itu sistemnya pak..?
Ya kenapa sistemnya begitu? Nah panjang.
Itu yang luar biasa. Kalau dia bicara Jakarta, waduh emosinya. Dia panggil sekretarisnya tolong anak ini kasih overdraft pertanggung jawaban sebagai gubernur. Apa yang telah saya lakukan. Dan apa yang belum saya lakukan tolong lakukan. Itu yang saya baca setiap hari.
Nah, jadi saya tiba-tiba dikasih berbagai macam cerita dari penulis skenario. Saya berpikir apa mungkin saya dikasih kesempatan untuk jadi wakil sutradara? Itu kembali pada kita. Tapi saya sudah siap. Saya nggak akan bangga kalau saya dipilih dan saya nggak terhina kalau tidak jadi apa-apa….

Jadi penanggulangan banjir progam utama Anda?
Ya.. penanggungan banjir menjadi skala prioritas. Kalau tidak punya titik temu di situ nggak usah bicara sama saya. Jakarta ini kan sudah hancur. Jakarta ini kan depannya bagus.
Belakangnya hancur. Thamrin aja yang bagus. Pembangunan tidak dengan desain nggak ada artinya. Yang dibilang kanal timur itu terlalu besar, nggak ada artinya.

Pendapat Anda soal transportasi Jakarta?
Kita harus punya skala prioritas. Busway sudah terjadi. Mau diapain, mau didiami? Tapi mana, ini keterbatasan dana bung.
Nah kalau anda bicara transportasi Jakarta, saya gampang membahasakan: Jakarta ini garasi untuk empat mobil ditaro 20 puluh. Mo ditaro dimane?
Anda bayangin 600 unit mobil baru setiap hari keluar. Sekarang ribuan motor juga bertambah. Sebagian besar masyarakat kita naik motor.
Begini, busway kendaraannya kurang. Filosofinya kalau yang saya baca di Jepang mereka bergegas dengan waktu. Elo jalan lelet, ketinggalan. Maka di sana yang namanya jam itu betul-betul. Itu untuk pendisiplinan masyarakat. Arah sekian jam sekian. Orang kalau jalan di Tokyo, di New York nggak ada yang jalan berleha-leha, bergegas semua. Kita kan tidak.

Bagaimana mengumpulkan modal untuk semua ini?

Mungkin Anda bingung. Saya hanya modal 2 kambing sama sapi buat dikorbanin saja ke semua partai. Itu yang menarik. Itu yang membuat seni dalam hidup saya. Memang modal diperlukan tapi modal bukan satu-satunya cara.
Buat apa sih uang kampanye, ya bikin spanduk, bikin ini itu. Ah, nggak usah kampanye. Gua dari 9 tahun sudah kampanye. Restoran kecil-kecilan warung Si Doel. Travel Umroh Haji. Kecil-kecil, dan aku nggak pegang. Yang aku pegang perusahaan film….

Organisasi mana yang sudah memberikan dukungan?
Wah banyak ya. Ada yang berkunjung kesin bawa KTP banyak. Ada yang cuma dukungan di kertas doang. Tapi bahasanya satu. Kalau kamu dukung, ikhlas, ayo! Kalau dukung ada embel-embelan, elo pergi! Cheekkk….hiiiii

Siapa saja tim ahli Anda?
Ya gini-gini aja. Kita-kita saja. Kawan-kawan saja. Nggak ada profesornya. Ini bukan tim sukses. Aku bukan cari kesuksesan.. Sudah 2 tahun poling bergerak. Dan nama saya terus di atas. Pertama saya tidak ambil pikir. Apa sih ini.
Kan pertama ada nama Dedy Mizwar, Iwan Fals, Roma Irama. Nah setelah ada poling dari internasional. Agak berpikir juga. Wiiih ini serius. Ya saya nggak tahu apakah poling itu kredibel atau tidak.[]

Tidak ada komentar: