14 Januari 2007

Backpackers, Musik, dan Wine Bali

Dari arah Jalan Kebon Sirih, terdapat rambu penunjuk jalan menuju kawasan wisata malam Jalan Jaksa. Di ruas jalan sepanjang satu kilometer itu, kehidupan mulai nampak hanya kala malam. Restoran dan bar mulai dikunjungi warga Jakarta yang berakhir pekan setelah disibukan rutinitas kerja. Para profesional muda itu datang secara berombongan, bercengkrama sambil mendengarkan live music.

Di sana-sini, nampak wisatawan mancanegara - rata-rata muda belia -yang transit di Jakarta asyik bertukar cerita setelah berwisata di beberapa daerah di Indonesia atau merencanakan pergi ke tujuan wisata berikutnya. Atau para expatriat yang bekerja selama bertahun-tahun di Jakarta, menggunakan Jalan Jaksa sebagai tempat hang out.

Lima tahun belakangan ini mulai nampak pula pebisnis asal Afrika yang pergi ke Jalan Jaksa untuk rileks setelah melakukan aktivitas bisnis tekstil di Pasar Tanah Abang. Atau para musisi, sastrawan, seniman, guide, pedagang kaki lima… Semuanya ada di Jalan Jaksa seperti merayakan keragaman dalam hidup dengan hangat dan intim.

Bagi para wisatawan muda belia dengan uang saku cekak, Jalan Jaksa adalah tempat transit yang nyaman. Untuk urusan kuliner, aneka menu makanan dapat ditemukan. Warung dan kakilima menyajikan aneka soto, nasi uduk, kerak telor, ketoprak, nasi goreng, capcay dan masakan padang. Sedangkan hidangan makanan Eropa dari sandwich, goulase, soup, barbeque dapat dengan mudah ditemukan di setiap restoran. Setelah mengenyangkan perut, para wisatawan penggila bola biasanya menyaksikan acara pertandingan liga favorit mereka yang ditayangkan TV kabel di layar lebar Pappa Cafe atau bermain biliar.

Suara pengunjung semakin riuh ketika malam mulai merangkak. Pertunjukkan musik rock, country, pop atau reggae menghangatkan suasana. Bar BFC, misalnya, memanggungkan musik di pekarangan dikitari meja dan kursi pengunjung dalam suasana kekeluargaan sambil meneguk bir dari Bintang, Tiger, Corona, Bali Hai atau wine dari Bali atau pun aneka juice segar.

Para wisatawan dan warga Jakarta lebih menikmati musik akustik di tempat terbuka seperti di BFC. Beberapa personel band kerap melakukan pertunjukkan jam session. Band kesohor seperti Steven n’ Coconut Treez, Richard n’ The Gilis dan Flower sering mengunjungi bar ini, untuk sekadar rileks setelah melakukan tour pertunjukkan di beberapa daerah.
“Suasana Jalan Jaksa banyak memberi gue inspirasi dalam mencipta lagu,” ujar Steven, vokalis Steven n’ Coconut Treez.

Bagi pecinta lagu-lagu daerah dalam alunan pop dapat menikmatinya di Memories Cafe, kafe tertua di Jalan Jaksa, yang selalu riuh dikunjungi wisatawan menikmati alunan musik di beranda sampai tumpah di trotoar. Suasana lain dapat ditemukan di Absolute, sebuah bar dengan interior modern menyajikan rock music yang berdentum menggairahkan.

Suasana Jalan Jaksa sangat khas, sukar ditemukan di wilayah lain di Jakarta. Sebagian besar menggunakan beranda sebagai tempat usaha restoran, bar atau pub, sedangkan rumah induk dijadikan sebagai rumah biliar, agen perjalanan, book-shop, dan toko souvenir. Penduduk di sekitar Kelurahan Kebon Sirih banyak membuka usaha homestay dan hostel dengan tarif terjangkau di sepanjang jalan raya dan di dalam gang. [Haska]

Di zaman Belanda, Jalan Jaksa dipenuhi mahasiswa Rechts Hogeschool, umumnya bekerja sambil belajar untuk menjadi jaksa. Adalah Lawalata, seorang backpacker, pada tahun 60-an yang pertama kali menginap di sebuah rumah. Meski awalnya kecewa dengan kondisi penginapan, namun ia menyukai keramahtamahan para tetangga dan harga kebutuhan sehari-harinya yang sangat murah. Ia pun merekomendasi Jalan Jaksa diantara para backpackers hingga tersebar ke seluruh dunia. []

08 Januari 2007

Antara FFI dan Academy Award

Piala Oscar atau Academy Award of Merits sudah 78 kali diberikan sejak 1929. Usia Festival Film Indonesia sudah 51 tahun, piala Citra diberikan sejak 1973, tapi adakah separuh kualitas Oscar?

Dewan Juri Film Cerita FFI 2006 diketuai Rima Melati, dengan anggota Noorca M. Massardi (Sekretaris), Embi C. Noer, Eddy D. Iskandar, Remy Silado dan W.S. Rendra. Lima orang menilai untuk 13 kategori.

Di Academy Awards, dimulai setiap Nopember, duapuluh lima kategori dinilai oleh hampir 6.000, enamribu, anggota Academy of Motion Picture Arts and Sciences. Untuk menjadi anggota harus ada anggota yang mengundang untuk mengikuti tahapan nominasi, tentu dengan aturan dan kriteria ketat.

Mereka tidak diperkenankan menerima hadiah maupun gimmicks, maka setiap studio, distributor dan publicist berupaya agar film mereka dilihat oleh setiap anggota. Diselenggarakanlah pemutaran khusus untuk anggota, bebas biaya untuk menonton di bioskop, dan dikirimkan video atau DVD. Academy pun menerbitkan peraturan yang harus ditaati dan mengawasi setiap celah kecurangan.

Voting untuk nominasi penerima Academy Awards dilakukan secara rahasia dan selama 72 tahun(!) terakhir ditabulasi oleh perusahaan auditing Pricewaterhouse. Kerahasiaannya dijamin oleh auditor sampai pada momen pembukaan amplop yang tersohor itu. Academy pun terbebas dari beban sampingan dan bisa menyimaki tugas utamanya. Sedangkan Panitia FFI bisa jauh lebih sibuk menangkis berbagai sangkaan, belum lagi beban emosionalnya.

Informasi tentang prosedur lebih mudah diperoleh dari Academy Award: setiap Januari, Academy akan mengirim kartusuara kepada seluruh anggota. Dalam tempo dua minggu masing-masing harus sudah mengirim penilaiannya ke Pricewaterhouse. Hasil tabulasi diumumkan akhir Januari. Tahun 2007 para unggulan akan diumumkan 23 Januari di Samuel Goldwyn Theater.

Kemudian kartusuara final pun dikirim kepada semua anggota. Dua minggu setelah itu Pricewaterhouse akan menyusun tabulasi dan menyimpannya hingga dibuka di atas pentas, di hadapan milyaran pemirsa. Oscar 2007 akan diserahkan pada 25 Pebruari di Kodak Theater di Holywood dengan produser Laura Ziskin dan Ellen DeGeneres sebagai host. Peraturan bisa disimak di www.oscars.org dan www.oscar.com. []

07 Januari 2007

Vienna New Year’s Concert

Konser Tahun Baru 2007 di Jakarta diselenggarakan Ananda Sukarlan pada 1 Januari di Hotel Nikko dan pada 3 Januari di Taman Ismail Marzuki. Di Wina, Austria, diselenggarakan setiap 31 Desember malam dan 1 Januari pagi, dibawakan oleh Wiener Philharmoniker dan disiarkan ke limapuluh negara.

Biasanya musik yang dimainkan adalah karya keluarga komponis Strauss, yaitu Johan Strauss I, Johan Strauss II, Josef Strauss dan Eduard Strauss. Bunga-bunga yang menghiasi gedung konser Wiener Musikverein adalah hadiah dari kota San Remo di Italia.

Setelah acara utama, para musisi mengucapkan selamat tahun baru, lalu acara ditutup dengan Blue Danube Waltz dan Radetzky March. Jika pada setiap pagelaran musik klasik penonton tidak mengeluarkan suara, maka pada momen penutup ini penonton secara tradisi mengiringi irama mars Radetzky dengan tepuk tangan. Dirigen pun akan membalikkan badan, memandu penonton. Pengecualian terjadi pada Tahun Baru 2005: untuk menghormati para korban tsunami, Mars Radetsky tidak diperformansikan.

Konser Tahun Baru di Wina pertama kali diselenggarakan pada 31 Desember 1939, di masa suram sejarah Austria. Semula ditujukan bagi audiens setempat untuk mengenang masa lalu yang lebih baik dan berharap akan masa depan yang lebih baik lagi.

Dirigen Konser 2007 adalah Zubin Mehta, music director American Youth Symphony. Ia kelahiran India, ayahnya adalah pendiri Bombay Symphony. Harga tiket antara 20 - 360 Euro, namun jauh-jauh hari sudah habis terjual. Untuk konser 2008, pemesanan tiket dibuka mulai 2 Januari 2007. Biasanya setiap kursi banyak pemesannya, sehingga harus diundi. [Wiener Philharmoniker, Sonyclassical, Wikipedia]